Keinginanku, Kalian, dan Waktu yang Menyudutkan

Kisah sepele ketika seorang remaja yang beranjak dewasa telah memikirkan banyak hal mengenai dirinya di masa depan. Sekadar satu, dua, atau bertumpuk banyak harapan dalam benak. Namun semuanya tidak selalu mudah untuk dicapai. Meski jenjang pendidikan tertinggi telah dicapai, tetap saja kemampuan diri perlu ditingkatkan. Karena dalam kenyataan, teori tidak selalu sama dengan praktik.

Entah sebagai pengusaha, peneliti, pengajar, bahkan pegawai membutuhkan kognitif seperti percaya diri, komunikasi, tekun, dan lainnya yang bagaikan pelengkap demi meniti kenyataan hidup. Hanya saja tidak semua hal sempurna. Selalu ada sisi positif maupun negatif, hitam maupun putih. Lalu bisakah kita tentukan mana yang terbaik bagi diri sendiri?

Wajar jika semua menginginkan yang terbaik. Beruntung klasifikasi baik dapat berbeda antara satu dengan lainnya. Sulit adalah ketika remaja tadi harus menyamakan keinginannya dengan orang-orang di sekitarnya. Haruskah dia mengabaikan atau justru merelakan harapannya.

Selalu ada alasan dalam kemauan, dan mutlak adanya harapan setelahnya. Layaknya hukum sebab akibat yang selalu melekat. Terdapat banyak alasan yang mudah dicari dan harapan dapat tercapai bila kemauan tidak membentur. Karena selalu ada pertimbangan dari pihak luar yang mengganggu kemauan.

Tidak mudah untuk memaksakan kehendak. Di sisi lain, cukup menyakitkan untuk rela mengalah. Hingga yang tersisa hanya waktu yang memojokkan. Mau jadi apa remaja penuh pemikiran ini? Semoga Tuhan bersedia menuntunnya.

Leave a comment